Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja – Sudahkah kamu familiar dengan istilah quiet quitting di dunia kerja? Istilah ini cukup populer di akhir tahun 2022 ini. Masalah quiet quitting ini masih ada hubungannya dengan work life balance. Untuk generasi X atau generasi baby boomer mungkin sangat asing dengan istilah ini, namun untuk pekerja dari generasi milenial maupun gen Z, istilah quiet quitting sudah banyak ditemukan.
Nah mari kita bahas bersama ulasan tentang quiet quitting pada dunia kerja ini. Semoga pembahasan ini bisa jadi bahan literasi atau informasi yang berguna untuk karyawan maupun lainya.
Fenomena Quiet Quitting di Dunia Kerja
Banyak yang mendeskripsikan tentang Quit Quitting ini, mulai dari bekerja sesuai gaji, bekerja sesuai tanggung jawab sampai dengan bekerja sesuai dengan kapasitas yang diberikan. Berbeda dengan kondisi hustle culture yang mengerjakan pekerjaan berlebih diluar jobdesk dan overtime, quiet quitting ini lebih mementingkan berfokus pada mengerjakan pekerjaan sesuai porsi.
Disadari atau tidak, fenomena quiet quitting ini diterapkan oleh anak muda zaman sekarang atau gen Z. Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi kesehatan mental karyawan selama bekerja, keinginan untuk work life balance juga didukung oleh kondisi dunia kerja saat Covid-19 dimana anak muda banyak yang merasa tidak adanya batas antara waktu pribadi dan pekerjaan selama WFH.
Jadi quiet quitting ini dapat dipahami dengan kondisi karyawan yang tidak ingin mengeluarkan banyak effort untuk bekerja. Sehingga mengerjakan pekerjaan sesuai dengan tanggung jawab dan gajinya.
Hal ini untuk beberapa posisi tertentu mungkin kurang sesuai, sehingga karyawan dengan karakter seperti ini akan kurang profesional. Tidak hanya untuk karyawan, quiet quitting ini juga perlu diperhatikan oleh perusahaan. Bahkan bisa menjadi sinyal kuning atau siaga terutama dalam pemilihan karyawan.
Hustle Culture Lawan Quiet Quitting
Hustle culture adalah lawan dari quiet quitting, dimana hustle culture adalah budaya kerja yang cukup keras. Pekerjaan ada hal utama yang perlu dilakukan untuk mencapai kesuksesan. Dengan standar hustle culture banyak orang yang memiliki work life balance tidak seimbang. Bahkan karyawan juga sangat rentan terkena burnout atau masalah kesehatan mental karyawan.
Penyebab Quiet Quitting
Penyebab terjadinya fenomena quiet quitting ini perlu diperhatikan, untuk perusahaan hal ini bisa membantu untuk mengatasi masalah kepegawaian. Beberapa penyebab dari quiet quitting adalah
1. Tidak Adanya Reward
Kurangnya penghargaan dari perusahaan untuk karyawan menjadi salah satu hal yang menyebabkan terjadinya quit quitting. Dimana banyak sedikitnya karyawan bekerja tidak ada reward untuk karyawan. Kurangnya apresiasi menyebabkan karyawan memilih bekerja standar tidak lebih dari tugas yang diberikan.
Jika akar masalah terjadinya quiet quitting adalah reward dan apresiasi dari perusahaan, maka perusahaan perlu berbenah dalam manajemen karyawan.
Baca : Reward Dan Punishment, Strategi Menjaga Kinerja Pegawai
2. Burnout
Burnout adalah kondisi karyawan merasa kelelahan dengan tugas yang diberikan kepadanya. Burnout bisa disebabkan karena terlalu banyaknya tugas yang diberikan, pekerjaan yang berlarut-larut juga besarnya tanggung jawab yang harus diemban. Kondisi kelelahan psikis ini akan membawa pengaruh kondisi fisik pada karyawan yang akhirnya menyebabkan karyawan burnout dan terjadi quit quitting.
3. Kurangnya Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan hal yang membawa ketentraman pada karyawan dimana ia mendapatkan hasil terbaik dari proses kerjanya. Didukung dengan sarana yang sesuai, proses kerja yang baik, penilaian karyawan dan dukungan sampai menghasilkan pekerjaan yang maksimal.
Jika karyawan sudah melakukan hal yang terbaik namun tidak didukung dengan maksimal oleh perusahaan maka tidak heran jika karyawan memiliki kepuasan kerja yang kurang yang akhirnya membuat karyawan melakukan quit quitting.
4. Lingkungan yang BurukÂ
Masih ada hubungannya dengan poin di atas, lingkungan kerja yang buruk juga menjadi salah satu hal yang memicu karyawan melakukan quit quitting. Selain manajemen perusahaan yang buruk, kondisi lingkungan kerja toxic dapat berupa politik perusahaan, konflik internal sampai dengan atasan yang tidak sehat.
Segala sesuatu pasti memiliki latar belakanginya. Termasuk fenomena quiet quitting ini, latar belakangnya karena masalah internal dengan perusahaan yang kurang memberikan apresiasi atas pekerjaannya juga alasan personal karyawan.
Sisi Baik dan Buruk Quiet Quitting
Tidak selamanya buruk, quiet quitting memiliki sisi kelebihan dan kekurangannya. Apa sih plus minus fenomena ini untuk karyawan maupun untuk perusahaan.
Sisi Baik Quiet Quitting | Sisi Buruk Quiet Quitting |
|
1.Performa kerja standar |
2. Kondisi kesehatan mental lebih aman | 2. Menjadi karyawan yang pasif |
3. Mencapai work life balance yang baik | 3. Menutup peluang karir |
4. Performa kerja stabil | 4. Kurangnya kepercayaan terhadap karyawan |
5. Terhindar dari overwork |
Fenomena Quiet Quitting
Bagaimana Peran Leader dalam Menghadapi Quiet Quitting?
Melihat maraknya fenomena ini diperbincangkan pastinya juga akan memberikan pengaruh kepada team leader ataupun atasan untuk menghadapi karyawan dengan kondisi quiet quitting ini. Pern yang bisa dilakukan adalah
1. Komunikasi
Komunikasi adalah hal yang bisa dilakukan ketika ada karyawan dengan quiet quitting. Sebagai team leader mengetahui kondisi karyawan adalah hal yang penting untuk menjaga produktivitas dan kelancaran pekerjaan tetap aman. Ajak karyawan ngobrol ringan atau duduk berdua untuk mengetahui penyebab ia melakukan quiet quitting.
2. Mengerti Beban Kerja Karyawan
Seperti yang kita bahas di atas, salah satu hal yang menyebabkan karyawan quiet quitting adalah beban kerja yang cukup tinggi. Untuk itu memahami beban kerja karyawan menjadi hal penting. Jika pekerjaan karyawan terlihat overload maka sebagai leader Anda perlu melakukan langkah lainya untuk meringan pekerjaan tersebut. Seperti memberikan batasan waktu lebih panjang maupun pembagian pekerjaan lainya.
3. Memperbaiki Masalah
Fenomena quiet quitting adalah hal yang terjadi karena latar belakang tertentu. Anda bisa mencari tahu dan menggunakan ini untuk memperbaiki masalah yang terjadi. Selain untuk memperbaiki sistem lebih rapih, hal ini juga bermanfaat untuk karyawan pastinya.
Kesimpulan
Ada banyak masalah yang terjadi pada karyawan, salah satunya adalah fenomena quiet quitting dimana karyawan yang memiliki performa standar karena tidak ingin mengeluarkan usaha kerja yang berlebih. Hal ini tentunya memerlukan penanganan, agar tidak terjadi berkelanjutan.
Itulah penjelasan tentang fenomena quiet quitting di dunia kerja untuk Anda, semoga bermanfaat! Untuk membantu menilai performa kerja karyawan bisa menggunkan aplikasi HRIS Kantor Kita. sistem HRIS yang berisi fitur lengkap untuk karyawan mulai dari aplikasi absensi online sampai dengan pengelolaan payroll.